Dalam hidup sebagai muslim, muslimah, maka penting adanya komitmen yang merupakan sumber dari tingkat keterlibatan kepada dasar-dasar hidup Islami sebagai berikut:
1. Komitmen Niat, kesadaran yang Ikhlas semata-mata karena mencari Ridha Allah Swt.
Dalam semua amalan harus komitmen dengan niat ikhlas karena mencari keridhaan Allah, bukan karena kepentingan-kepentingan duniawi sesaat. Niat adalah landasan pertama dan utama suatu tindakan, tulus niat kita karena mencari keridaan Allah, firman-Nya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al Bayyinah (98): 5).
Insya Allah kesadaran jiwa tersebut yang disebut niat dalam syariat Islam sebagaimana hadits:
1128. Diriwayatkan dari Umar bin Khattab R.A. katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat. Sesungguhnya setiap orang itu akan mendapat sesuatu mengikut/sesuai niatnya. Siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang berhijrah untuk mendapatkan dunia, dia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu mengikut apa yang diniatkannya.
Jangan salah niat, bisa salah jalan, salah kiprah, salah tujuan. Kalau hidup sebagai muslim, muslimah tidak ikhlas, maka akan mudah kecewa, putus asa dan bisa murtad, lebih-lebih ketika menghadapi masalah. Sekali salah niat dalam hidup sebagai muslim, muslimah, maka selamanya akan mengalami salah kaprah, kecewa dan sia-sia. Niat ikhlas karena Allah merupakan ruh/jiwa dari sikap dan ikhtiar berkiprah dalam hidup sebagai muslim, muslimah. Prinsipnya tuluskan niat kita karena Allah, hal itu sangat tegas dan jelas dalam firman-Nya:
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (Q.S. Al An’am (6): 162).
2. Komitmen Menjalankan Fungsi Ibadah dan Kekhalifahan.
Dalam hidup sebagai muslim, muslimah, tidak lain sebagai wujud dari ibadah kepada Allah, sekaligus menjalankan fungsi kekhalifahan, fungsi mengatur: pribadi, keluarga, masyarakat dan negara di muka bumi. Jadi bukan sekedar pekerja atau keterlibatan dalam hal praktis belaka. Allah memerintahkan kepada manusia dan jin untuk beribadah baik umum demikian khusus, firman-Nya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S. Adz Dzaariyat (51): 56).
Sebagai muslim, muslimah obyek, tujuan ibadah dan permohonan tidak ada yang lain kecuali semata-mata kepada Allah Swt. sebagaimana yang tegas pada firman-Nya:
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Q.S. Al Faatihah (1): 5).
Sedangkan fungsi kekhalifahan bagi muslim, muslimah ditegaskan dalam firman-Nya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". ” (Q.S. Al Baqarah (2): 30).
Dengan fungsi ibadah dan kekhalifahan, maka kiprah dalam hidup sebagai muslim, muslimah, selain harus optimal, juga melekat dengan fungsi hidup untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat, bukan hanya kemaslahatan dunia (kemaslahatan dari hasil usaha yang tidak sesuai dengan syariat Islam yang berdasar pada Qur’an dan Hadits). Dalam hidup sebagai muslim, muslimah, merupakan sarana menjalankan ibadah dan kekhalifahan di muka bumi, bukan kiprah yang sia-sia tanpa tujuan. Tujuan yang sederhana dan nyata/riil tertera pada firman-Nya sebagai berikut:
Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (Q.S. Al Baqarah (2): 201).
Semoga.
1. Komitmen Niat, kesadaran yang Ikhlas semata-mata karena mencari Ridha Allah Swt.
Dalam semua amalan harus komitmen dengan niat ikhlas karena mencari keridhaan Allah, bukan karena kepentingan-kepentingan duniawi sesaat. Niat adalah landasan pertama dan utama suatu tindakan, tulus niat kita karena mencari keridaan Allah, firman-Nya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al Bayyinah (98): 5).
Insya Allah kesadaran jiwa tersebut yang disebut niat dalam syariat Islam sebagaimana hadits:
1128. Diriwayatkan dari Umar bin Khattab R.A. katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat. Sesungguhnya setiap orang itu akan mendapat sesuatu mengikut/sesuai niatnya. Siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang berhijrah untuk mendapatkan dunia, dia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu mengikut apa yang diniatkannya.
Jangan salah niat, bisa salah jalan, salah kiprah, salah tujuan. Kalau hidup sebagai muslim, muslimah tidak ikhlas, maka akan mudah kecewa, putus asa dan bisa murtad, lebih-lebih ketika menghadapi masalah. Sekali salah niat dalam hidup sebagai muslim, muslimah, maka selamanya akan mengalami salah kaprah, kecewa dan sia-sia. Niat ikhlas karena Allah merupakan ruh/jiwa dari sikap dan ikhtiar berkiprah dalam hidup sebagai muslim, muslimah. Prinsipnya tuluskan niat kita karena Allah, hal itu sangat tegas dan jelas dalam firman-Nya:
Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (Q.S. Al An’am (6): 162).
2. Komitmen Menjalankan Fungsi Ibadah dan Kekhalifahan.
Dalam hidup sebagai muslim, muslimah, tidak lain sebagai wujud dari ibadah kepada Allah, sekaligus menjalankan fungsi kekhalifahan, fungsi mengatur: pribadi, keluarga, masyarakat dan negara di muka bumi. Jadi bukan sekedar pekerja atau keterlibatan dalam hal praktis belaka. Allah memerintahkan kepada manusia dan jin untuk beribadah baik umum demikian khusus, firman-Nya:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S. Adz Dzaariyat (51): 56).
Sebagai muslim, muslimah obyek, tujuan ibadah dan permohonan tidak ada yang lain kecuali semata-mata kepada Allah Swt. sebagaimana yang tegas pada firman-Nya:
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. (Q.S. Al Faatihah (1): 5).
Sedangkan fungsi kekhalifahan bagi muslim, muslimah ditegaskan dalam firman-Nya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". ” (Q.S. Al Baqarah (2): 30).
Dengan fungsi ibadah dan kekhalifahan, maka kiprah dalam hidup sebagai muslim, muslimah, selain harus optimal, juga melekat dengan fungsi hidup untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat, bukan hanya kemaslahatan dunia (kemaslahatan dari hasil usaha yang tidak sesuai dengan syariat Islam yang berdasar pada Qur’an dan Hadits). Dalam hidup sebagai muslim, muslimah, merupakan sarana menjalankan ibadah dan kekhalifahan di muka bumi, bukan kiprah yang sia-sia tanpa tujuan. Tujuan yang sederhana dan nyata/riil tertera pada firman-Nya sebagai berikut:
Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (Q.S. Al Baqarah (2): 201).
Semoga.
Komentar
Posting Komentar