Dasar pokok wajib percaya, atau wajib beriman secara Islam adalah:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Q.S. An Nisaa (4): 136).
Iman itu ialah bahwa: engkau (mesti) percaya kepada Allah, kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada Hari kemudian-Nya, kepada Qadar baik dan jahat-Nya. (H.R. Muslim).
Semoga.
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (Q.S. An Nisaa (4): 136).
Iman itu ialah bahwa: engkau (mesti) percaya kepada Allah, kepada Malaikat-malaikat-Nya, kepada Kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada Hari kemudian-Nya, kepada Qadar baik dan jahat-Nya. (H.R. Muslim).
- Dasar percaya, yakin rela bertuhankan tiada lain kecuali pada Allah Swt. maka tertanam dalam pada jiwa bahwa Allah Swt. tidak dibatasi waktu dan ruang, tempat dalam mengawasi apa saja yang ada dan diperbuat oleh setiap hamba-Nya. Jelas merupakan perbuatan yang sia-sia jika ada keinginan melakukan sesuatu yang salah atau dosa dengan alasan tidak ada yang melihat atau menyaksikan.
Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi. (Q.S. Al Fajr (89): 14). - Dasar percaya, yakin rela bertuhankan tiada lain kecuali pada Allah Swt. maka mendarah dan daginglah kesadaran bahwa tidak satu perkataan dan demikian juga amalan-amalan seseorang kecuali semuanya tercantum rapi dalam kitab cacatan amal bagi seseorang yang dilakukan oleh malaikan petugas-Nya. Jelas semuanya itu adalah untuk diberi balasan sesuai ridha-Nya sendiri.
16. Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, 17. (yaitu) ketika dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. 18. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (Q.S. Qaaf (50): 16-18). - Dasar percaya, yakin rela bertuhankan tiada lain kecuali pada Allah Swt. maka mendarah dan daginglah kesadaran bahwa isi hati manusia baik yang disir (hanya suara hati) demikian yang dijahar (dapat didengar orang lain) semuanya diketahi oleh Allah Swt. Atas dasar yakin tersebut mestinya seorang selalu berhati-hati sehingga ia lebih baik diam dari pada mengucapkan sesuatu yang mengandung dosa atau kesalahan.
Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. (Q.S. Al An’aam (6): 3).
31 Diriwayatkan daripada Abu Syuraih al-Khuza'iy R.A. katanya: Nabi Saw.bersabda: siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia berbuat baik kepada tetangganya. Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia memuliakan tamunya. Sesiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhirat, maka hendaklah dia bercakap yang baik atau diam.
Semoga.
Komentar
Posting Komentar