ORGANISASI DAERAH ADALAH PILAR DASAR MENUJU TERWUJUDNYA NKRI YANG KOMPETITIF DI ERA GLOBAL

 Organisasi Daerah dalam bahasan ini yakni himpunan pelajar dan mahasiswa yang berasal dari Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan. Mereka dengan kesadaran sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain, pribadi tersebut menghimpun diri satu sama lain saat berada dirantau. Mereka menegakkan dan menjunjung tinggi kerja sama dalam kebaikan, ketawaan dan tidak kerja sama dalam dosa dan permusuhan.




Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. . (Q.S. Al Maaidah (5): 2). 
Suatu berkah besar dari Allah Swt. putra-putri kabupaten Enrekang dapat dipastikan 99,99% orang tua mereka ada beragama Islam. Karakter dasar yang wajar baginya adalah semua amalan harus komitmen dengan niat ikhlas karena mencari keridhaan Allah, bukan karena kepentingan-kepentingan duniawi sesaat. Niat adalah landasan pertama dan utama suatu tindakan, tulus niat kita karena mencari keridaan Allah, firman-Nya:


Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Q.S. Al Bayyinah (98): 5). [1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Insya Allah kesadaran, kesengajaan jiwa di atas yang disebut niat dalam syariat Islam sebagaimana hadits:


1128. Diriwayatkan dari Umar bin Khattab R.A. katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat. Sesungguhnya setiap orang itu akan mendapat sesuatu mengikut, sesuai niatnya. Siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang berhijrah untuk mendapatkan dunia, dia akan mendapatkannya atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu mengikut apa yang diniatkannya.

Jangan salah niat karena berakibat sangat merugikan: salah jalan, salah kaprah, salah tujuan dan lain sebagainya. Kalau hidup sebagai putra-putri muslim, tidak ikhlas dalam beramal, maka akan mudah kecewa, putus asa dan bisa murtad (keluar dari agama Islam), lebih-lebih ketika menghadapi masalah. Sekali salah niat dalam hidup sebagai muslim, maka selamanya akan mengalami salah kaprah, kecewa dan kesia-siaan. Niat ikhlas karena Allah merupakan ruh, jiwa dari sikap dan ikhtiar berkiprah dalam hidup sebagai putra-putri muslim, dengan demikian insya Allah apa yang akan dikerjakan seakan sudah selesai baru kita memulai sesuatu tersebut. Prinsipnya tuluskan niat kita karena Allah, hal itu sangat tegas dan jelas dalam firman-Nya:

Katakanlah: "Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, (Q.S. Al An’am (6): 162). 
Dalam hidup sebagai putra-putri muslim, tidak lain sebagai wujud dari kehambaan, senantiasa berada dalam kondisi beribadah kepada Allah. Dan sekaligus menjalankan fungsi kekhalifahan, fungsi mengatur: pribadi, keluarga, masyarakat dan negara menuju: adil, cerdas, sejahtera, makmur merata. Sebagai putra-putri muslim daerah, menjadi kewajiban untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (UUD 1945), firman-Nya:


Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri 
yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". (Q.S. Saba’ (34): 15). 
Bukan sekedar pekerja atau keterlibatan dalam hal praktis. Allah memerintahkan kepada manusia dan jin untuk beribadah baik umum (kewajiban mendekatkan diri kepada Allah yang hanya dasarnya tegas dalam Qur’an dan atau Hadits, sedang rinciannya dilaksanakan berdasarkan hasil berpikir maksimal dan diyakini tidak bertentangan dengan kandungan Qur’an dan atau Hadits misalnya: berpakaian, makan, bergaul dsb.), demikian beribadah khusus (kewajiban mendekatkan diri kepada Allah yang dasar dan rincian pelaksanaannya tegas, jelas dalam Qur’an dan Hadits misalnya: shalat, zakat, puasa, qurban, haji, pembagian warisan dsb.), firman-Nya:



Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S. Adz Dzaariyat (51): 56). 
Sebagai putra-putri muslim, yakin ibadah dan permohonan, doa, dengan hati dan lisan juga tidak dapat dipisahkan dengan karya nyata dalam berbagai ragamnya. Tujuan akhir semua itu tidak lain kecuali semata-mata kepada Allah Swt. firman-Nya:


Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S. Al Baqarah (2): 30).


Hanya Engkaulah yang Kami sembah[6], dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan[7]. (Q.S. Al Faatihah (1): 5).

[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. [7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
Bagi putra-putri muslim di samping menyadari, memahami dua fungsi di atas yakni: kehambaan, pengabdian dan kekhalifahan, kepengaturan, kepemimpinan. Wajib pula baginya menyadari, memahami satu lagi karakter dasar manusia yakni: merusak dan bahkan membunuh walaupun saudaranya sendiri. Karakter dasar, merusak dan bahkan membunuh walaupun saudaranya sendiri, ini terjadi jika niat lurus di atas tadi meleset, dan bahkan menjadi salah tujuan, keluar dari rel dasar semula. Dengan demikian tidak ada cara lain kecuali, berkewajiban senantiasa, selalu meyakini, memiliki dan mengamalkan niat yang tulus karena mencari keridaan Allah Swt. Karakter dasar, merusak dan bahkan membunuh walaupun saudaranya sendiri, terungkap dalam, firman-Nya:

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (Q.S. Al Baqarah (2): 30).

Dengan fungsi ibadah dan kekhalifahan, maka kiprah dalam hidup sebagai putra-putri muslim, selain harus optimal, juga melekat fungsi hidup untuk kemaslahatan di dunia dan di akhirat, (yang sesuai dengan syariat Islam yang berdasar pada Qur’an dan Hadits). Dalam hidup sebagai putra-putri muslim bertujuan sederhana dan nyata, riil yakni bahagia di dunia dan di akhirat. Fungsi pokok tersebut diwujudkan dalam: memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, firman-Nya:



Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka"[127]. (Q.S. Al Baqarah (2): 201). [127] Inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang Muslim.


Di era tahun sembilan puluhan hingga sekarang (2012) ada gejala, bahkan menjadi kebiasaan yang sangat merugikan baik pribadi demikian umum. Gejala, kebiasaan tersebut adalah anak-anak muda termasuk pelajar dan mahasiswa daerah bahkan masyarakat pada umumnya terlalu mudah terpancing kemarahannya, menyimpan dendam, sehingga hal sepele saja mereka berkelahi, bahkan saling membunuh dan lain sebagainya. Kebiasaan buruk tersebut jelas adalah pengaruh dari oknum yang tidak beraqidah Islam, mereka memakan, meminum yang merusak akal, jiwa yang benar, mereka mabuk dan lain sebagainya, firman-Nya.


Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Q.S. Al Maaidah (5): 91).

Gejala, kebiasaan buruk tersebut adalah pengaruh yang keras dari para pelaku politik dagang sapi yakni: politik tawar-menawar antara beberapa partai politik dalam menyusun suatu kabinet koalisi (lembaga dsb). Dengan kelicikan para pelaku politik dagang sapi tersebut, maka tak sedikit anggota Organisasi Daerah yang korban jadi bumper, dengan kata lain bahkan menjadi kayu bakar politisi tertentu, tak terkecuali yang yang berada di kampus-kampus besar. Sangat jelas bahwa korban tersebut akibat dari tidak adanya komitmen yang tinggi dalam niat, atau dalam aqidah tauhid Islami. Cara menghindari korban keburukan tersebut yakni jaga baik-baik diri sehingga senantiasa komitmen dalam hidup Islami, tidak terpengaruh oleh syaitan, firman-Nya.



Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S. Al Baqarah (2): 208).

Semoga.

Komentar