Kewajiban yang mesti senantiasa
dibaharui termasuk dalam mengisi waktu dalam setiap pergantian tahun baru
apakah tahun hitungan Hijriyah atau hitungan Miladiyah, pokoknya mesti wajib
disegarkan dalam amalan
sebagai ibadah, yakni hari jumat 6 Januari 2017
tersajikan nomor 1 – 3, kalini, jumat 13 januari 2017 dismbung nomor 4 – 5
sebagai berikut:
4. Konsisten dalam Berkhidmat, dalam
Ber-Muhammadiyah itu tidaklah ringan karena selain banyak masalah dan
tantangan, juga pengorbanan dalam arti yang luas. Di sinilah setiap anggota
Muhammadiyah, lebih-lebih pimpinan pada semua tingkatannya harus memiliki
konsistensi dalam berkhidmat di Muhammadiyah. Harus ada konsistensi antara
lisan dan perbuatan, teori dan tindakan, serta keputusan dan kegiatan. Dalam
ber-Muhammadiyah tidak hanya bil-lisan, tetapi juga bil-hal dan harus sepenuh
pengabdian atau pengkhidmatan. Hanya dengan pengkhidmatan yang penuh maka
Muhammadiyah akan tumbuh dan maju, sehingga tercapailah tujuan yang
dicita-citakan yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujudlah masyarakat Islam yang sebanar-benarnya. Allah tidak suka pada
hamba-Nya yang tidak konsisten sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ
تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ (٢)كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا
مَا لا تَفْعَلُونَ (٣)
2. Wahai orang-orang yang beriman,
kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? 3. Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
(Q.S. Ash Shaff (61) : 2-3)
5. Berpaham Agama Sesuai Paham Islam
dalam Muhammadiyah, ber-Muhammadiyah itu yang paling fundamental harus
berdasarkan pada keyakinan, pemahaman, dan pengamalan Islam sesuai dengan paham
agama dalam Muhammadiyah. Keputusan tarjih dan segala pandangan resmi
Muhammadiyah mengenai agama dengan seluruh pemikirannya harus menjadi acuan
anggota Muhammadiyah, termasuk dalam berhari raya Idul Fitri dan Idul Adha,
Muhammadiyah selalu kokoh dan istiqamah dalam memutuskan segala perkara,
lebih-lebih yang menyangkut urusan diniyah (keagamaan). Bahkan sejak
kelahirannya, Muhammadiyah berdiri karena dan untuk Islam, lil-izzat
al-Islam wal-muslimin, karena itu setiap anggotanya haruslah kokoh dan
istiqamah pula dalam beragama Islam sesuai dengan paham Muhammadiyah. Allah
berfirman dalam Al-Qur’an:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا
فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ
اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ
(٣٠)
Maka hadapkanlah wajahmu dengan
Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168], “ (Q.S. Ar Rum (30) :
30). [1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan
Allah mempunyai naluri
beragama yaitu agama tauhid. kalau
ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Dengan meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran Islam sesuai paham agama dalam Muhammadiyah maka setiap
anggota selain menunjukkan ketaatan pada paham dan misi Islam yang diemban
Muhammadiyah, sekaligus menunjukkan kemantapan dalam ber-Muhammadiyah. Bahwa
ber-Muhammadiyah itu merupakan aktualisasi ber-Islam, yakni Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih serta mengembangkan ijtihad
dan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam. Paham Islam yang murni
dan berkemajuan, yang berdimensi pemurnian (purifikasi) sekaligus pembaruan
(tajdid, dinamisasi, reformasi), sehingga menampilkan corak Islam yang rahmatan
lil ‘alamin, Islam yang dapat lebih unggul lebih di atas dalam perekonomian,
pendidikan, politik dan lain sebagainya dari pada paham, keyakinan yang lain.
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ
رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (٣٣)
Dialah yang telah mengutus
Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk
dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak
menyukai. (Q.S. At Taubah (9): 33).
Dengan seksama mengamati secara
mendalam dan hakikat kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia dewasa ini,
maka sungguh masih sangat jauh ketinggalan kita selakuku muslim, termasuk warga
Muhammadiyah tentang apa yang diharapkan, diperintahkan (Q.S. At Taubah (9):
33) di atas.
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar