ASMAUL HUSNA (13 - 14) MAHA MEMBUAT BENTUK, MAHA PENGAMPUN

Salah satu kesamaan kenormalan umat manusia yang yakin dan tulus jiwanya sebagai hamba dan khalifah Al Mushawwir (Yang Maha Membentuk), Al Ghaffar (dan Maha Pengampun), yakni senang melihat, memiliki, merasakan pada keindahan, kerapian, keelokan, kecantikan dan memaafkan, mengampuni, memaklumi pada sesama yang mengakui kesalahannya yang bersangkutan dengan pribadinya, mereka mengutamakan persaudaraan.

Umat Islam dalam menunjukkan rasa yakin dan cintanya pada Al Mushawwir (Yang Maha Membentuk), berusaha sedemikian sungguh-sungguhnya mewujudkan kemampuan dia meniru dan mengamalkan daya cipta dalam dirinya pada lapangan hidup dan kehidupannya.
 
Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan rupamu serta memberi kamu rezki dengan sebahagian yang baik-baik. yang demikian itu adalah Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. (Q.S. Al Mu’min (40): 64).

Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau Menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Kuasa. (Q.S. An Nisaa’ (4): 149).

Kewajaran seseorang yang dalam hidup dewasa kesadarannya, ia sangat senang diwaktu merenungi dan atau menyaksikan keindahan yang kadang meliputi:
  1. Keindahan dan keelokan yang nampak dan yang tidak nampak pada tubuh manusia baik yang laki-laki demikian yang wanita.
  2. Keindahan dan keelokan yang nampak dan yang tidak nampak pada berbagai macam jenis serangga.
  3. Keindahan dan keelokan yang nampak dan yang tidak nampak pada burung dalam berbagai macam dan jenisnya.
  4. Keindahan dan keelokan yang nampak dan yang tidak nampak pada jenis ikan di laut dan di sungai-sungai.
  5. Keindahan dan keelokan yang nampak dan yang tidak nampak pada tumbuhan dalam berbagai macam jenisnya.

Semua keindahan dan keelokan tersebut diyakini secara mendalam bahwa hal tersebut merupakan bukti dari kebesaran Al Mushawwir yakni Yang Maha Membentuk, namun dengan sifat-Nya “Yang  Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Q.S.1/3), maka umat manusia dikaruniai sifat agar dapat pula membentuk sesuatu yang dapat memberikan banyak manfaat pada hidup dan kehidupan umat manusia itu sendiri, kemampuan manusia tersebut yang lebih dikenal secara umum sebagai kreasi budaya seseorang yang senantiasa mengalami kemajuan sesuai dengan profesi dan produktifitas seseorang.

Profesi dan produktifitas seseorang sebagai hasil dari kemampuannya memahami dan mengamalkan seruan Al Mushawwir yakni Yang Maha Membentuk agar Muhammad Saw. dan segenap pengikutnya dapat membaca, “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan (Q.S. 96/1)” sehingga atas kemampuan membaca gejala alam, maka umat manusia menjadi memiliki pelajaran sehingga dapat dikembangkan sebagai kemampuan untuk membantu sesuatu yang indah dan elok yang membawa kesenangan kepada siapa saja yang memandangnya atau memanfaatkannya. Bahkan atas pengembangan kemampuan dalam membentuk keindahan, maka menghasilkan kebutuhan pokok umat manusia yang sempurna dan indah, elok dipandang serta nyaman dimanfaatkan atau dirasakan yang sekaligus memberikan suasana lebih mendekatkan dan menyuburkan ketaatan jiwa dan raga  pada  Al Mushawwir.

 
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al Hasyr (59): 24).

Dalam upaya sadar mewujudkan keindahan dalam arti yang seluas-luasnya yang meliputi kehidupan di dunia dan terlebih kelak di akhirat, maka sangat jelas membutuhkan kerja sama yang melibatkan orang lain dan bahkan mungkin orang banyak atau persyarikatan yang besar, yang senantiasa menciptakan kerja sama dalam mencapai tujuan yaitu keindahan dan ketenangan jiwa dan raga di dunia dan di akhirat.

Dalam dinamika kerja sama, maka pasti akan terjadi kesalahan, mungkin itu tehnik pelaksanaan dan mungkin itu hanya merupakan kesalahpahaman antara seorang dengan yang lainnya, maka jika kesalahan tersebut tidak segera diselesaikan, maka pasti berakibat penghambat kekuatan yang dimiliki kelompok, paling tidak melemahkan semangat kelompok yang bersangkutan, maka diperlukan segera mengadakan pertemuan untuk musyawarah dan setelah ditemukan apa yang menjadi kesalahpahaman tersebut diharapkan masing-masing yang bersangkutan saling memberikan maaf serta saling menerima maaf di antara sesama, amalan meminta maaf dan memberikan maaf itulah yang secara mendasar diperoleh dari keyakinan dan pengamalan dari AL Ghaffar yakni Yang Maha Pengampun, insya Allah hilanglah kesalahpahaman dan  fitnah dalam dinamika berkelompok walaupun melibatkan orang dalam jumlah yang besar.
  
Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Ali Iman  (3); 129).

Semoga.

Komentar