ASMAUL HUSNA (5- 6) MAHA SEJAHTERA, MAHA TERPERCAYA

Kesejahteraan secara sederhana yakni senantiasa dapat terpenuhi semua kebutuhan paling tidak menyangkut kebutuhan pokok: (sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan) ditambah lagi keamanan dan kepercayaan menjadi milik pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa, maka tentu hal tersebut merupakan kebanggaan yang sangat membahagiakan terlebih lagi jika semuanya diyakini secara hukum dan materialnya sesuai dengan    aturan syariah, ajaran dari As Salam (Maha Sejahtera) dan Al Mu’min (Maha Terpercaya), Allah Swt. Serta Rasul-Nya yakni Muhammad Saw.
“Difirmankan: "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mu'min) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami." (Q.S. Hud (11): 48).

Kesejahteraan dan kepercayaan yang diharapkan yakni yang sifatnya abadi, dinikmati di dunia terlebih kelak di akhirat serta terjauh dari siksa api neraka yang sangat menyengsarakan baik secara pribadi demikian secara keluaga dan hal itu merupakan kandungan doa yang senantiasa dibaca berulang-ulang kali lebih khusus lagi disaat melakukan tawaf pada sisi ka’bah antara  Rukun Yamani dan Hajar Aswad disyariatkan membaca:
 "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (Q.S. Al Baqarah (2): 201). (doa ini dibaca dari putaran pertama sampai putaran ketujuh).

Dengan kesejahteraan dan kepercayaan, maka terpancarlah dengan nyata dan memberikan manfaat kepada semua alam, semuanya merasakan dan terlindungi oleh kedamaian serta kenikmatan, tidak ada yang tertekan, terintimidasi bahkan tidak ada yang merasa dikurangi haknya secara curang dan lain sebagainya. Hal kebenaran sangat terang dan ditegakkan disetiap aspek hidup dan kehidupan  demikian juga hal yang bathil semuanya sangat terang dan semua pribadi, kelompok bahkan masyarakat tidak ada yang merasa tertarik dengan dosa  dan kebathilan tersebut bahkan jika ada oknum yang berusaha mencampurkan antara hak dengan bathil, maka publik mesti menghinanya dan mereka sendiri merasakan kehinaan tersebut, inilah umat yang berhiaskan kesejahteraan dan kepercayaan secara hakiki oleh As Salam dan Al Mu’min, firman-Nya:
“Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui”. (Q.S. Al Baqarah (2): 42).

Watak dan kebiasaan pribadi tersebut di atas senantiasa dalam suasana berpikir secara mendalam, berbuat secara kreatif, ia sangat menyadari dan meyakini bahwa tidak mungkin kesejahteraan dan kepercayaan dimiliki dan dinikmati seseorang, keluarga atau kelompok jika tidak dengan usaha yang bagus dan benar serta amalan yang berdasar pada  As Salam dan Al Mu’min, Allah Swt. (yakni Al Qur’an) dan juga sunnah Rasul-Nya, Muhammad Saw., semua watak yang mulia tersebut sungguh disadari dan diyakini bahwa ia adalah milik mutlak Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya:  
 “Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (Q.S. Al Hasyr (59): 23).
Semoga.

Komentar