ASMAUL HUSNA BAGIAN 1-2 (MAHA PENGASIH DAN MAHA PENYAYANG)

Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, (Q.S. Al Fatihah (1): 3).

Marilah senantiasa menyadari/mengerti dan memiliki serta mengamalkan sifat pengasih dan penyayang terhadap diri, kedua orang tua serta  keluarga bahkan pada alam lingkungan secara keseluruhan kapan dan dimana saja kita sadar diri tentang adanya pribadi kita. Curahkanlah  kasih sayang kita paling tidak  meliputi:
  1. Bagaimana kasih sayang kita terhadap diri pribadi? Kita jaga baik-baik secara terus-menerus tentang  kebutuhan tubuh kita, misalnya makanan, minuman, pakaian, pergaulan sosial harus/wajib sesuai dengan yang dicontohkan Rasul-Nya,  Muhammad Saw. Kita jaga dengan sebaik-baiknya tentang hal: asal barangnya, material barangnya semuanya sangat dijaga agar sesuai dengan syariat Islam.  Kita yakin bila hal itu terabaikan, maka mesti menimbulkan penyakit baik fisik demikian jiwa dan lain sebagainya.  Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka … (Q.S. At Tahrim     (66):6).
  2. Bagaimana kasih sayang kita terhadap kedua orang yang sangat berjasa pada diri pribadi kita masing-masing? Kita tidak dapat mengukur dan menilai tentang kasih  sayang ibu dan bapak terhadap pribadi kita, mereka tidak kenal lelah, bahkan dirinya pun sakit namun atas dorongan kasih dan sayangnya yang hakiki pada diri kita sehingga semua itu tidak ia hiraukan, ia mengurusi, ia merawat, ia menjaga kita dari kecil hingga dewasa kita, bahkan tidak ada terhingganya. Mesti kita wajib yakin bahwa adalah dosa besar bagi siapa yang melupakan dan tidak ada kesadaran untuk membalas kasih  sayang terhadap ibu dan bapaknya. Jagalah syariah, jagalah nama baik mereka, insya Allah hal itu termasuk kasih dan sayang yang benar terhadap mereka, ibu dan bapak kita. 
  3. Bagaimana kasih sayang kita terhadap keluarga, kerabat dan keluarga pada umumnya? Keluarga seseorang yakni semua yang termasuk unsur orang tua termasuk mertua, unsur saudara dan sepupu termasuk ipar, unsur suami/isteri termasuk mertua anak kita, unsur anak dan kemanakan termasuk, cucu dan lain sebagainya. 
  4. Bagaimana kasih sayang kita terhadap alam lingkungan pada umumya? Kewajiban kita senantiasa menjaga dan melangsungkan kasih sayang yang benar terhadap semua tetangga, mereka yang paling tepat dan cepat dapat mencurahkan kasih sayangnya pada kita disaat mendapatkan musibah dan lain sebagainya, demikian lingkungan pada umumnya baik itu hewan, tumbuhan dan lain sebagainya, kita senantiasa berkewajiban mencurahkan kasih sayang yang benar terhadapnya, jika itu baik, maka kitapun akan merasakannya dan jika itu rusak maka meski kita pun merasakan kesusahan dan lain sebagainya. Demikian wajibnya menjaga lingkungan tersebut sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya:  Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (Q.S. An Nisaa (4): 36).[294] Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim. [295] Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
    “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Q.S. Al Anbiya (21): 107). 
Sewajarnya jika senantiasa 2 (dua) nama/sifat Allah Swt. di atas (Pengasih Dan Penyayang) dan seterusnya senantiasa diamalkan dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang diteladankan oleh Utusan Allah yakni Muhammad Saw. Dan pengamalan dua sifat Allah Swt. tersebut semata-mata karena taat pada perintah-Nya serta mengharapkan ridha-Nya. Kasih sayang tersebut menjadi kokoh jika didorong oleh kesadaran bahwa sesungguhnya dahulu kita tidak ada dan sekarang kita ada serta dapat dipastikan 100 (seratus) tahun akan datang pasti kita berada di alam yang lain (alam kubur di sana ada siksa dan ada kebahagiaan, mesti sesuai dengan amalan di dunia dewasa dan sadar kita masing-masing) dari dunia yang fana ini. Jika kasih sayang kita lebih berat dari timbangan kekasaran dan kekufuran kita, maka yakinlah kita bahwa kasih sayang Allah Swt. akan menikmatkan kita secara abadi di alam akhirat kelak.                                                                                                         
Adapun    orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, Maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, Maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah. (Q.S. An Nisa’ (4): 173).

Semoga.


Komentar