ASMAUL HUSNA (15 - 16) MAHA PERKASAAN, MAHA MEMBERI

Pribadi dewasa yang sadar baik lelaki demikian wanita mesti berharap agar memiliki keperkasaan, kekuatan dan ketangguhan dalam hidupnya sehingga dapat memberikan/membantu kepada keuarga, masyarakat, lingkungannya dan khususnya kepada sesama umat manusia.  Bantuan yang bermanfaat bagi yang bersangkutan khususnya dan alam semesta pada umumnya, harapan tersebut merupakan amanah yang diperoleh dari pemahaman risalah yang dibawa Muh ammad Saw.

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Q.S. Al Anbiya (21): 107).

Pribadi mengharapkan keperkasaan, kekuatan dan ketangguhan, sehingga dapat memberikan/membantu kepada lingkungannya dan khususnya kepada sesama umat manusia. Harapan diperoleh seseorang melalui amalan yang cukup mendasar yakni karya ketakwaan kepada Al Qahhar (Yang Maha Perkasa), Al Wahhab (Yang Maha Memberi). Mungkin saja ada keperkasaan dan kemampuan memberi dimiliki tanpa dengan karya ketakwaan, tetapi hal itu mesti hanya untuk dunia, tidak untuk akhirat, pada hal yang muslim, muslimah harapkan adalah dunia dan akhirat. 

(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat. (Q.S. Maryam (19): 85).

Pribadi hamba Allah Swt. yang memiliki atau dikaruniai keperkasaan  sehingga menjadi terhormat, bermartabat yang tinggi, dihargai oleh sesama umat manusia, maka itu sesungguhnya adalah sebagai balasan Al Qahhar dan Al Wahhab padanya atas karya ketakwaannya dalam mengisi hidup dewasa sadarnya, hal itu dapat ia peroleh di dunia demikian di akhirat atas ridha  Al Qahhar, Al Wahhab, jadi hal tersebut bukanlah sesuatu yang  dapat diperoleh dengan mudah, tanpa karya, amalan yang cukup dan mendasar.  

(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. (Q.S. Ibrahim (14): 48).

Syariat Islam mengajarkan bahwa sesunguhnya setiap pribadi dewasa yang sadar berkewajiban secara terus-menerus mempertahankan ketakwaannya dalam hidupnya sebagai: pribadi, keluarga dan masyarakat dan bermohon, berdoa kepada Al Qahhar, Al Wahhab dengan hati yang khusyu.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. (Q.S. Ali Imran (3): 102).

Suatu kenyataan yang berlaku pada umumnya umat anusia yakni sering terjadi kehilapan, kekeliruan sehingga terjerumuslah dalam suatu perbuatan dosa, yang pada dasarnya hal tersebut merupakan musibah, karena sesungguhnya semua bentuk dosa itu adalah membawa kerugian yang bersangkutan dengan pribadi, keluarga dan masyarakat, oleh karenanya wajarlah untuk senantiasa tulus memanjatkan doa kepada Al Wahhab (Yang Maha Memberi) agar senantiasa dijauhkan dari segala bentuk dosa dan nista.

(Mereka berdo`a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (Q.S. Ali Imran (3): 8).
Dengan keperkasaan, kekuatan dan ketangguhan, sehingga dapat memberikan/membantu kepada lingkungannya dan khususnya kepada sesama umat manusia dapat dimiliki jika hati betul-betul secara keseluruhan dan terus-menerus dapat dijiwai dengan ketakwaan yang murni sehingga semua gerakan senantiasa didasarkan atas Al Qur’an dan Al Hadits serta pengamalan yang dicontohkan oleh Muhammad Saw. ini jiwa yang selamat dan dimuliakan oleh Al Qahhar, Al Wahhab.

Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Asy Syu’araa (26): 87 – 90).

1641 Diriwayatkan daripada Abu Hurairah R.A. dari Nabi Saw. Allah Swt. berfirman: Aku telah sediakan untuk hambaKu yang soleh, sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata atau didengari oleh telinga dan tidak pernah terlintas di hati manusia. Bukti kebenaran perkara itu terkandung di dalam al-Quran ayat: Yang bermaksud: Tiada seorang pun yang mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka iaitu pelbagai nikmat yang menyenangkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan.

Semoga.

Komentar