Asmaul Husna (19-20) MAHA MENGETAHUI, MAHA MENGENDALIKAN

Asmaul Husna (19-20) 15-7-2011
MAHA MENGETAHUI, MAHA MENGENDALIKAN
Oleh: Sawaty Lambe.


Dengan dasar aqidah tauhid sehingga pribadi yakin bahwa Al ‘Aliim, Yang Maha Mengetahui tidak pernah luput dari apa yang diniatkan, diperbuat oleh hamba-Nya sekecil dan sebesar apapun adanya, kapan dan di mana pun ia lakukan, mutlak Al ‘Aliim, Maha Mengetahuinya dan mutlak pula Al ‘Aliim memberikan balasan sesuai kadar kejadian tersebut.

Dengan dasar aqidah tauhid tersebut pribadi muslim, muslimah beramal dengan penuh kesungguhan sepanjang waktu dan kesempatan yang ia miliki, mereka sangat yakin bahwa bila tidak demikian adanya mestilah dirinya melalaikan ibadah dan terjerumus dalam kecelakaan, kerugian yang hakiki, ia tak mendapatkan apa-apa dan bahkan ia bisa menjadi abadi dalam siksa Al ‘Aliim di akhirat kelak akibat ia tidak menunaikan ibadah yang merupakan kewajibannya setiap waktu yang ia lewati dalam alam dewasa sadarnya.

Keniscayaan sejarah telah meninggalkan banyak arsip, bukti dalam berbagai bentuknya, termasuk yang sangat terang yang menjadi kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimah yang punya kemampuan untuk mengunjungi dan mengelilinginya dengan penuh yakin yang mendalam terhadap kuasa Al Aliim, Al Qabidh, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Mengendalikan. Kunjungan tersebut yakni Baitullah tempat bertawaf para jamaah ibadah haji yakni berkeliling 7 X (tujuh kali) sambil membaca:

Artinya: Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. Selesai membaca lalu tangan dikecup. (ini dibaca dari putaran pertama sampai putaran ketujuh).
Menghadap ke kanan, (Ka’bah di sebelah kiri) lalu berjalan dari Hajar Aswad sampai Rukun Yamani sambil membaca doa:


Artinya: Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Ilah melainkan Allah, Allah Maha Besar, dan tidak ada daya dan kekuatan melainkan atas pertolongan Allah yang Maha Luhur dan Maha Agung. (doa ini dibaca dari putaran pertama sampai putaran ketujuh). Atau bacaan doa yang lain misalnya:

Ya Allah, dengan beriman kepada-Mu, dengan membenarkan kitab-Mu, dengan menepati janji-Mu, dengan mengikuti sunnah Nabi-Mu, Muhammad Saw. (kulakukan tawaf ini).

Setelah sejajar dengan Rukun Yamani mengusap atau kalau tidak mungkin, maka mengangkat tangan (tidak dikecup), sambil membaca:

Artinya: Dengan nama Allah, Allah Maha Besar. (ini dibaca dari putaran pertama sampai putaran ketujuh).

Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad membaca:

"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (doa ini dibaca dari putaran pertama sampai putaran ketujuh).

Nabi Ibrahin A.S. bersama dengan putranya Ismail A.S. membangun Baitullah tersebut dengan penuh ketekunan dan keketelitian tanpa dikomando/dijaga oleh sesama umat manusia, ia membangunan semata-mata karena dorongan pengabdian/ibadahnya terhadap Al Aliim, Al Qabidh, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Menyempitkan.

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdo`a): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Al Baqarah (2): 127).

Muslim, muslimah yang senantiasa menyadari akan kewajibannya terhadap Al Aliim, Al Qabidh, Yang Maha Mengetahui, Yang Maha Menyempitkan, maka ia senantiasa mengisi waktunya dengan hal-hal yang bernilai ibadah pada-Nya, ia yakin waktu yang lewat tidak mungkin berulang padanya, ia yakin mengisi waktu dengan amalan shalih adalah kebahagiaan pribadi, sedang mengisi waktu dengan hal-hal nista, sia-sia, dosa, maka hal tersebut merupakan kecelakaan merendahkan diri sendiri yang abadi baginya.


Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (Q.S. Al Baqarah (2): 245).

Semoga.

Komentar