MEMURNIKAN AQIDAH

Setiap muslim harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani berupa tauhid kepada Allah Swt. yang benar, ikhlas dan penuh ketundukan, sehingga terpancar sebagai ibad al-rahman (penuh kasih sayang), yang menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi mukmin, muslim, muhsin, dan muttaqin yang sempurna. Tidak boleh mengingkari keimanan berdasarkan tauhid itu, dan tetap menjauhi serta menolak takhayul, bid'ah dan khurafat yang menodai iman dan tauhid kepada Allah Swt. Hanya dengan aqidah tersebut thaghut/setan dan segala kawannya mutlak gentar dan tak mampu mendekati untuk menggoda
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".(Q.S. Al Ikhlash (112): 1-4).
Dalam usaha mewujudkan pribadi beraqidah tersebut di atas sangat banyak tantangannya, termasuk umat yang sangat kuat dalam mengikuti tradisi leluhurnya yang sesungguhnya tidak memberikan manfaat sedikitpun, namun karena mereka merasa malu untuk meninggalkannya sehingga tetap mempertahankannya.
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (Q.S. Al Baqarah (2): 170).
Mereka sangat kuat mempertahankan apa yang mereka dapatkan dari leluhurnya, mereka tidak mau mengakui kenyataan bahwa sesungguhnya apa yang mereka lakukan sesungguhnya telah tertinggal jauh dalam segala bidang hidup dan kehidupan.
Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?. (Q.S. Al Maaidah (5): 104).
Demikian banyaknya penyimpangan/tantangan dalam mengikuti ajaran Islam yang semurni-murninya namun adalah kewajiban untuk tetap tegas dan tegar dalam usaha menyampaikan dakwah Islam yang semurni-murninya secara terus-menerus
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Q.S. Al An’am (6): 153).
Sampaikan prinsip ke-Esa-an Allah Swt. dengan jelas/terang dan tegas agar mereka dapat kembali ke jalan yang benar, jalan yang lurus, terjauh dari kemusyrikan.
Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia." (Q.S. Al Ikhlash (112): 1 – 4).
Pada dasarnya ajaran Islam itu tergabung secara rapi dan benar, utuh dalam rukun Islam, sehingga yang benar bahwa kelima rukun tersebut tidak boleh dipisah satu sama lain, demikian juga rukun iman, keenamnya tidak boleh dipisah satu sama lain.
10. Hadits Ibnu Umar r.a: Nabi s.a.w telah bersabda: Islam ditegakkan di atas lima perkara yakni mengesakan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan haji.
Semoga.

Komentar