MEWASPADAI GERAKAN PERUSAK ISLAM

Sesungguhnya seorang muslim, muslimah wajiblah ia senantiasa bersiap siaga, sepanjang masa sadar yang ia tempuh, karena pada dasarnya ada musuh yang senantiasa berburuk sangka dan memadang agama Islam itu harus ia musuhi sepanjang kesempatan yang ia miliki. Persiapan yang sangat menentukan adalah kemampuan di bidang: pengetahuan, perekonomian, persatuan dan kestabilan yang sungguh-sungguh.

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Q.S. Ali Imran(3): 200).

Secara tersurat Allah Swt. menjelaskan bahwa sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani dan keyakinan lain yang di luar agama Islam tidak senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama/keyakinan mereka, artinya apapun alasannya, kapanpun dan dimanapun mereka tidak senang terhadap orang Islam. Sewajarnya jika muslim, muslimah senantiasa pula mewaspadai mereka. Mewaspadai mereka bukan berarti memusuhi mereka, tetapi tetap mengadakan kerja sama yang mantab. Kapan mereka memperlihatkan tanda bahwa mereka akan bergerak ke arah memusuhi, maka segeralah memberikan pemahaman yang baik dan jelas, jika mereka meneruskan, maka wajiblah kita mempertahankan diri, kelaurga dan masyarakat serta bangsa yang kita tempati.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (Q.S. Al Baqarah (2): 120).

Dalam mewaspadai musuh Allah dan Rasul-Nya serta musuh orang-orang muslim, muslimah, sangat penting dijaga dengan baik dalam cara mereka menyampaikan ayat-ayat Allah Swt. karena pada dasarnya mereka tidak segan-segan memutarbalikkan pengertian ayat-ayat Allah, khususnya yang termasuk kelompok ayat-ayat mutasyaabihaat untuk mereka menimbulkan fitnah. Pekerjaan tersebut atau semisal tersebut mereka lakukan sejak dari jaman sahabat, sepeninggal Nabi Muhammad Saw. Dengan maksud mengacaukan umat Islam. Sejarah membuktikan bahwa usaha para tukang fitnah tersebut banyak yang berhasil sehingga kadang betul-betul umat Islam dapat dipecah belah sehingga umat Islam saling bermusuhan dan lain sebagainya, tanpa mereka sadari.

Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat[183], Itulah pokok-pokok isi Al qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat[184]. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, Maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta'wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal. (Q.S. Ali Imran(3): 7). [183] Ayat yang muhkamaat ialah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah. [184] Termasuk dalam pengertian ayat-ayat mutasyaabihaat: ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam; atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain.
Dalam mewaspadai musuh Allah dan Rasul-Nya serta musuh orang-orang muslim, muslimah, maka sangat penting diyakini bahwa Allah Swt. mengutuk mereka. Sehingga jika ternyata dalam usaha mengatasi mereka kita (orang Islam) gagal, maka percayalah bahwa kegagalan tersebut hanyalah di dunia. Di akhirat pasti mereka sangat sengsara di dalam neraka yang telah disediakan Allah untuk mereka (musuh Allah dan Rasul-Nya serta musuh orang-orang Islam).
(tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. mereka suka merobah Perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya[407], dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) Senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), Maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. Al Maaidah (5): 13). [407] Maksudnya: merubah arti kata-kata, tempat atau menambah dan mengurangi.

Agar tetap kokoh dan siap siaga dalam mewaspadai musuh Allah dan Rasul-Nya serta musuh orang-orang muslim, maka wajib tetap mengokohkan: 1. aqidah/tauhid meng-Esa-kan Allah Swt. 2. akhlakul karimah yang berdasar qur’an dan hadits serta akal yang meyakini qur’an dan hadits, 3. ibadah yang dijiwai mendekatkan diri kepada Allah Swt. 4. serta muamalah duniawiyah yang dijiwai rasa kehambaan dan kekhalifahan kepada Allah Swt.

Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Q.S. Al An’am (6): 153).

Agar tetap kokoh dan siap siaga dalam mewaspadai musuh Allah dan Rasul-Nya serta musuh orang-orang muslim, maka senantiasa memohon ampun dan keteguhan pendirian aqidah serta akhlakul karimah pada Allah Swt.

Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami[235] dan tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir". (Q.S. Ali Imran(3): 147). [235] Yaitu melampaui batas-batas hukum yang telah ditetapkan Allah Swt.

Dalam segala usaha untuk mencapai kebajikan dunia dan akhirat umat Islam harus senantiasa mewujudkan persaudaraan, persatuan satu sama lainnya, sebagaimana bersatunya satu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.

Al Bayan no.1522 Diriwayatkan daripada Abu Musa R.A. katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan di mana sebahagiannya menguatkan sebahagian yang lain.

Semoga.

Komentar