ASMAUL HUSNA (31-32) MAHA MENGETAHUI, MAHA PENYANTUN

Umat manusia merindukan hidup dan kehidupan yang diwarnai dengan kewajaran dan kemajuan dalam segala aspeknya, kerinduan tersebut harus didukung oleh pengetahuan dan kewaspadaan yang mendasar. Sehingga dapat memperkirakan, memperhitungkan sesuatu yang bakal dan sedang terjadi pada diri dan lingkungan kita.

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung. (Q.S. Ali Imran (3): 200).

Lingkungan kita tak terpisahkan dengan: - sesama manusia, hewan -tumbuh-tumbuhan dan, -abiotik. Semuanya sangat menentukan, memberikan pengaruh kepada kondisi obyektif pada diri kita, maka penting memiliki pengetahuan dan kewaspadaan sehingga ada penyesuaian, penyelarasan yang diyakini sesuai dengan ajaran Al Khabiir, Yang Maha Mengetahui.

Kewajaran berusaha dan memanjatkan doa agar Al Khabiir memudahkan kita memiliki pengetahuan dan kewaspadaan yang mendalam tentang diri dan lingkungan kita, sehingga terjadi penyesuaian, penyelarasan dalam menjalankan tugas sebagai hamba Al Khabiir.

Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al An’am (6): 18).

Umat Islam sesungguhnya sangat mudah dalam hal memperoleh pengetahuan tentang diri dan lingkungannya yang luas (sebagaimana telah jelas di atas) asal mereka ada keyakinan yang sungguh-sungguh terhadap Kitab (Al Qur'an), dengan kitab tersebut jika dibaca dan ada pemahaman yang mendalam, maka sungguh memberikan pengatahuan, penjelasan yang luas bahkan dapat menjangkau semua alam ciptaan Al Khabiir itu sendiri, sehingga pribadi memiliki kelembutan yang mendalam namun juga mempunyai kekuatan yang tinggi sebab adanya pengetahuan yang meliputi alam yang cukup luas, atas keridhaan Al Khabiir.

kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami[546]; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Q.S. Al ’Araf (7): 52). [546] Maksudnya: atas dasar pengetahuan Kami tentang apa yang menjadi kemashlahatan bagi hamba-hamba Kami di dunia dan akhirat.

Umat Islam sesungguhnya sangat mendasar dalam prinsip selamat dan menyelamatkan terhadap dirinya dan keluarga serta lingkungannya, dengan demikian sifat penyantun adalah modal dasar baginya dalam segala amalan, tindakannya, dengan itu, mereka semakin mulia dan dimuliakan oleh orang lain serta insya Allah, Al Haliim, Yang Maha Penyantun semakin memberikan santunan-Nya sehingga tumbuh sifat keagungan yang diakui oleh orang lain yang tumbuh pada dirinya sepanjang hayat sadar dewasanya.

Perkataan yang baik dan pemberian maaf[167] lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (Q.S. Al Baqarah (2): 263) [167] Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud pemberian ma'af ialah mema'afkan tingkah laku yang kurang sopan dari si penerima.

Dengan iman kepada sifat Al Haliim, Yang Maha Penyantun, maka seorang mesti tidak ada rasa ragu dan segan dalam mengamalkan sifat penyantun terhadap sesama umat yang tergolong berkewajaran untuk disantuni, dibantu dan lain sebagainya. Mereka sangat yakin bahwa dengan kikir dan bakhil sehingga terlantarlah anak-anak yatim dan orang-orang miskin di sekitarnya, hal tersebut membahayakan dirinya sebab mesti ia tergolongan orang yang mendustakan agama serta diancam bertempat tinggal di neraka wail sekalipun mereka biasa shalat. (Q.S. Al Ma’un (107): 1 – 7).

Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Allah Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun. (Q.S. At Tagabun (64): 17).

Umat Islam memiliki serta mengamalkan sifat pengasih dan penyayang terhadap diri, kedua orang tua serta keluarga bahkan pada alam lingkungan secara keseluruhan kapan dan di mana saja mereka dalam sadar diri. Curahan kasih sayang yang juga merupakan sikap penyantun kita meliputi antara lain:

Bagaimana kasih sayang penyantun pada diri pribadi?
Bagaimana kasih sayang penyantun pada kedua orang yang sangat berjasa pada diri pribadi kita?
Bagaimana kasih sayang penyantun pada keluarga kerabat dan keluarga pada umumnya, serta anak yatim dan fakir miskin pada umumnya?
Bagaimana kasih sayang penyantun pada alam lingkungan pada umumya?

Kepenyantunan, kepedulian pada diri dan lingkungan pada umumnya tersebut yang sangat jelas mengantarkan diri, pribadi yang bersangkutan akan dimuliakan oleh Al Haliim karena pada dasarnya adalah pengamalan makna firman Allah Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al Fatihah (1): 3).


Semoga.

Komentar