Dasar pokok
muslim menunaikan ibadah puasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan yang kadang
29, atau 30 hari. Terpokok ditunaikan selama sebulan penuh jika kurang karena
ada alasan sesuai syariah, maka wajib diganti pada bulan yang lain dengan
bilangan hari yang ditinggal sama.
(Beberapa hari
yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena
itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan
itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barang siapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak
hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya
yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Q.S. Al Baqarah
(2): 185).
Secara sederhana
ada 3 (tiga) hal pokok yang menjadi inti cita-cita pelaksanaan puasa di bulan
Ramadhan yakni:
1.
Terbentuknya
pribadi yang sempurna dalam ketakwaannya terhadap Allah Swt. sempurna dalam
kegiatan rutinnya, mengerjakan perintah Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan larangan Allah dan Rasulnya.
Kitab [11] (Al Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa [12]. (Q.S. Al Baqarah
(2): 2). [11] Tuhan menamakan Al Qur’an dengan Al kitab yang di sini berarti
yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Qur’an diperintahkan untuk ditulis. [12]
Takwa yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya;
dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut
saja.
Bagi yang bertakwa dijamin oleh Allah
Swt. nikmat yang besar antara lain yakni:
1
Bagi
muttaqin dijanjikan kemudahan mendapatkan, menemukan jalan keluar atau
penyelesaian atas masalah-masalahnya.
... Barangsiapa
bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. (Q.S.
Ath Thalaaq (65): 2).
2)
Bagi
muttaqin dijanjikan kemudahan dalam urusan-urusannya:
... dan barang
siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan
dalam urusannya. (Q.S. Ath Thalaaq (65): 4).
2.
Terbentuknya
pribadi yang sempurna dalam mensyukuri nikmat-nikmat Allah Swt. dengan urutan:
1
Ada
pemahaman, pengenalan yang mendalam tentang nikmat yang dimiliki.
2
Ada
pemeliharaan, penjagaan tentang nikmat yang dimiliki.
3
Ada
pemanfaatan, penggunaan yang baik, efektif, efesien tentang nikmat yang
dimiliki. Insya Allah, nikmat tersebut semakin dirasakan manfaatnya karena ada
berkahnya dari Allah Swt., ada tambahan dari-Nya.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu
memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih".
3.
Terbentuknya
pribadi yang sempurna dalam kecerdasan. Kecerdasan menjalankan tugas pokoknya
yakni tiada kegiatan yang tidak termasuk ibadah suci kepada Allah Swt. mereka
cerdas, taktis dalam hidup sebagai hamba dan khalifah Allah Swt.
... Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran. (Q.S. Al Baqarah (2): 186).
4.
Terbentuknya
pribadi yang sempurna dalam mengingat Allah Swt. memikirkan, ciptaan-Nya dan
terterpelihara keyakinan bahwa tidak ada sesuatu ciptaan Allah Swt. walau
sekecil apapun adanya yang tergolong sia-sia adanya. Dengan keyakinan tersebut,
maka pribadi yang bersangkutan senantiasa tepat dalam penggunaan sesuatu, tidak
terjadi mubazzir pada hidup dan kehidupan yang bersangkutan. Pribadi tersebut
tergolong umat yang cerdas dalam berpikir.
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imran (3): 191).
Semoga.
Komentar
Posting Komentar