PUASA SARANA MAWAS DIRI



Keyakinan dasar muslim bahwa kehidupan dunia dilanjutkan dengan kehidupan akhirat, bahagia atau sengsara di akhirat mutlak merupakan hasil dari amalan yang bersangkutan di dunia.

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya. (Q.S. Fushilat (41): 46).

Muslim rata-rata mengamalkan doa yang secara umum menyangkut dunia dan akhirat agar memperoleh ridha Allah Swt. sehingga menjadi bahagia dunia dan akhirat secara sempurna.

Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" [127]. (Q.S. Al Baqarah (2): 201). [127] Inilah doa yang sebaik-baiknya bagi seorang muslim.

Kehidupan akhirat diyakini oleh muslim bahwa hal itu mutlak adanya dan di sana setiap pribadi mempertanggungjawabkan, mempersaksikan semua secara jujur apa yang dilakukan di dunia.

13. Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. 14. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri[1531],
15. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya. (Q.S. Al Qiyaamah (75): 13-15). [1531] Maksudnya ayat ini ialah, bahwa anggota-anggota badan manusia menjadi saksi terhadap pekerjaan yang telah mereka lakukan seperti tersebut dalam surat Nur ayat 24. Sebagai berikut:


Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (Q.S. An Nuur (24): 24).

Dengan keyakinan di atas, maka tepatlah muslim dengan sungguh-sungguh menjadikan ibadah puasa sebagai kesempatan terbaik memperbanyak bekal kebajikan dan memperbanyak memohon ampun atas kesalahan yang lampau baik yang disengaja demikian yang tidak disenganja.

Barang siapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan dan berharap pahala (ridha) Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (H.R. Bukhari).

Muslim mendahulukan menghitung, mempertimbangkan hal-hal kepribadiannya dari pada hanya menunggu ketentuan Allah Swt. dengan demikian muslim lebih mendahulukan beribadah, beramal yang bermanfaat untuk diri, keluarga, masyarakat.

“Perhitungkanlah dirimu sendiri sebelum engkau diperhitungkan oleh Allah”

Dengan pengendalian diri lewat ibadah puasa, maka terbimbinglah pribadi dalam mengendalikan hawa nafsunya, dan yakin nafsu tak terkendalikan oleh syariah pasti menghancurkan.
 
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (Q.S. Yusuf (12): 53).

Dengan pengendalian diri lewat ibadah puasa, maka terbimbinglah pribadi ini sehingga dapat merubah perilaku dari kurang bagus menjadi bagus, dari kurang sempurna menjadi sempurna yang sekaligus  insya Allah penuh ridha Allah Swt.
  
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah [767]. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar Ra’d (13): 11). [767] Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. Dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah. [768] Tuhan tidak akan merubah keadaan mereka, selama mereka tidak merubah sebab-sebab kemunduran mereka.

Dengan pengendalian diri lewat ibadah puasa, maka terbimbinglah pribadi, menuju pribadi yang berjiwa penuh ketenangan, insya Allah balasannya ridha berupa kebajikan dunia dan akhirat. Bahkan dengan tegas Allah memanggilnya masuk kedalam surga-Nya.
  
27. Hai jiwa yang tenang. 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, 30. masuklah ke dalam syurga-Ku. (Q.S. Al Fajr (89): 27-30).

Kesimpulan dari uraian singkat ini, bahwa insya Allah dengan ibadah puasa sebulan penuh semakin meningkat kewaspadaan pembinaan prilaku pribadi sehingga mudah-mudahan terwujudlah muttaqin sejati penuh bahagi dunia dan akhirat.
Semoga.



Komentar

Posting Komentar