Pasangan
suami istri, orang tua anak secara umum mempunyai kesenangan yang tinggi dan
membahagiakan hatinya saat:
1)
Anaknya
lahir, terlebih lagi jika yang lahir itu memiliki kondisi jasmani yang utuh
sebagaimana wajarnya bayi yang normal.
2)
Anak
itu tumbuh jadi balita, anak, remaja terlebih lagi jika anak tersebut dalam
keadaan normal jasmani dan jiwanya.
3)
Anak
remaja menjadi dewasa dan terlebih lagi jika anak itu normal pendidikannya dan
akhlak mulianya sesuai dengan ajaran Islam.
Dari 1 sampai 3 di atas nampak jelas
sangat dibutuhkan peran yang tinggi secara aktif terus menerus orang tua
terhadap anak, jadi tidak mungkin orang tua hanya berharap perhiasan yang besar
itu tanpa peran yang bagus.
Harta dan anak-anak adalah perhiasan
kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih
baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Q.S. Al
Kahfi (18): 46).
2.
Anak
sebagai penyejuk hati.
Pasangan suami
istri, orang tua anak secara umum mempunyai kesejukan hati terhadap
anaknya jika anak-anaknya dapat membuktikan hal-hal yang menjadi harapan orang
tua pada umumnya terhadap anak-anaknya sebagai berikut:
1)
Anak
patuh pada ajakan, bimbingan untuk belajar.
2)
Anak
patuh pada amalan-amalan agama seperti: shalat, mengaji, mencari ilmu
pengetahuan.
3)
Anak
menunjukkan jiwa dan karya pengabdian yang sempurna, bahkan anak membuktikan
prestasi dirinya yang baik.
Dan orang orang yang berkata: ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertakwa. (Q.S. Al Furqan (25): 74).
3.
Anak
sebagai cobaan.
Harus disadari oleh orang tua bahwa sesungguhnya
tidak selamanya anak-anaknya menjadi penyejuk hatinya, atau penghias hati
dengan penuh bahagia.
Anak kadang memberikan sesuatu yang
sangat pahit bagi orang tua, bahkan sangat menyiksa perasaan orang tua, ibu dan
bapaknya. Hal yang sungguh tidak diharap tersebut sering muncul sebagai
berikut:
1)
Sudah
cukup bimbingan ternya anak tetap bodoh dan tinggal kelas di sekolahnya.
2)
Sudah
cukup bimbingan ternya anak yang sudah dewasa menjadi melawan hukum misalnya
senang: penikmat narkoba, berjudi, berkelahi, atau mencuri dan lain sebagainya.
Kejadian no. 1 dan 2 di atas menjadikan
orang tua harus betul-betul memiliki kesabaran, ketahanan sambil berdoa semoga
Allah membimbing, memberikan hidayah sehingga anak itu taubat dan menjadi anak
yang saleh.
Dan ketahuilah,
bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya
di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Q.S. Al Anfaal (8): 28).
4.
Anak
sebagai musuh.
Dan kadang harus disadari oleh orang tua
bahwa sesungguhnya anak tumpuan harapan yang indah sering menjadi musuh yang
berakibat pembunuhan. Hanya masalah sepeleh yang dimasuki bujukan syetan
sehingga berujung yang sangat merugikan dunia dan akhirat. Masalah-masalah
tersebut kadang berupa:
1)
Terjadi
kesalahpahaman, makanya berhati-hatilah dalam menanggapi sesuatu, khususnya
dalam persoalan keluarga.
2)
Terjadinya
berita fitnah tentang hal yang memalukan dan lain sebagainya, maka muslim
diperintahkan jangan mempercayai sesuatu yang tidak jelas, tidak diketahui yang
sesungguhnya.
3)
Persoalan
harta ada yang merasa diperlakukan tidak adil, oleh karenanya muslim harus
memahami dengan baik pembagian harta, atau warisan.
4) Dan lain
sebagainya.
Hai orang-orang
mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi
musuh bagimu[1479] maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu
memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. At Taghaabun (64): 14).
[1479]
Maksudnya: kadang-kadang istri atau anak dapat menjerumuskan suami atau Ayahnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan agama.
5.
Kewajiban
pokok orang tua terhadap pendidikan anak, agar anak dapat menjadi sesuai harap
yang menghiasi dan mengibur orang tuanya adalah sebagai berikut:
1)
Sembahlah
Allah.
2)
Jangan
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
3)
Berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak.
4)
Karib
kerabat.
5)
Anak-anak
yatim.
6)
Orang-orang
miskin.
7)
Tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh.
8)
Teman
sejawat.
9)
Ibnu
sabil.
10)
Hamba
sahayamu.
11)
Jangan
sombong dan membangga-banggakan diri.
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang
ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang
dekat dan tetangga yang jauh [294], dan teman sejawat, Ibnu sabil[295] dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri. (Q.S. An Nisaa (4); 36).
[294]
Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan
kekeluargaan, dan ada pula antara yang Muslim dan yang bukan Muslim.
[295]
Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan maksiat yang kehabisan
bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
Semoga
Komentar
Posting Komentar