1. Hakikat
Tauhid.
Fitrah dasar manusia yakni: Aqidah Tauhid meng-Esa-kan Allah Swt.
diikrarkan oleh semua umat manusia termasuk yang dikandung oleh wanita yang
tidak melalui pernikahan sebagaimana syariat Islam, atau akad nikah. Jadi pada
dasarnya semua umat manusia itu pada awal kejadiannya dalam kandungan ibunya ia
telah berikrar secara Aqidah Tauhid, meng-Esa-kan Allah Swt. Dengan
fitrah tersebut, maka sungguh tidak wajar jika seorang telah kesampaian ajaran
Islam yang berdasar Qur’an dan Sunnah, mereka sudah paham, mengerti lantas
mereka masih tetap menginkari ajaran Islam tersebut. Dan tegasnya mereka
terkategori ingkar, kafir.
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ
ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا
كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (١٧٢)
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan
keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?"
mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini
(keesaan Tuhan)", (Q.S. Al ‘Araaf (7): 172).
1551. Diriwayatkan daripada Abu Hurairah R.A.
katanya: Rasulullah Saw. bersabda: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah
yaitu suci bersih. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi Yahudi,
Nasrani atau Majusi. Sebagaimana seekor ternakan yang melahirkan anaknya
(dengan sempurna kejadian dan anggotanya), adakah kamu menganggap hidung,
telinga dan lain-lain anggotanya terpotong?
Dengan ketentuan dasar yang sederhana di atas, maka
yang sewajarnya jika semua yang telah mendapatkan atau kesampaian ajaran Islam
tentang syahadatain, maka mereka segera menyatakan diri sebagai muslim yang
sejati.
“Aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan
selain Allah. Satu-satunya tidak ada
sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw.
itu hamba dan utusan-Nya”.
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ
وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا
وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلا (١٢٥)
Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil
Ibrahim menjadi kesayangan-Nya. (Q.S. An Nisaa (4): 125).
2. Kedudukan
Tauhid dalam Islam.
Secara sederhana
“kedudukan tauhid dalam Islam” sama jika dikatakan kedudukan tauhid bagi hidup
muslim, muslimah sepanjang hayat sadarnya. Dalam pembinaan Persyarikatan
Muhammadiyah pada warganya, maka senantiasa yang paling didahulukan, ditanamkan
terlebih dahulu adalah Aqidah Tauhid, meng-Esa-kan Allah Swt. dan hal itu
menjiwai segala amalannya. Semua amalan tersebut didasari dengan niat,
kesengajaan melakukan sesuatu semata-mata mencari ridha Allah Swt.
1128. Diriwayatkan
daripada Saidina Umar bin al-Khattab r.a katanya: Rasulullah Saw. bersabda:
Sesungguhnya setiap amalan itu bergantung kepada niat. Sesungguhnya setiap
orang itu akan mendapat sesuatu mengikut niatnya. Barang siapa yang berhijrah
karena Allah dan Rasul-Nya, maka Hijrahnya itu karena Allah dan RasulNya. Barang
siapa yang berhijrah untuk mendapatkan dunia dia akan mendapatkannya atau karena
seorang perempuan yang ingin dikawininya maka hijrahnya itu mengikut apa yang
diniatkannya.
وَمَا أُمِرُوا
إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا
الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (٥)
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus [1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat;
dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al Bayyinah (98): 5). [1595]
Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
قُلْ هُوَ اللَّهُ
أَحَدٌ (١)اللَّهُ الصَّمَدُ (٢)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣)وَلَمْ يَكُنْ لَهُ
كُفُوًا أَحَدٌ (٤)
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada
beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorang pun yang setara
dengan Dia." (Q.S. Al Ihklash (112): 1-4).
Dengan fitrah tauhid, dasar hidup dan kehidupan manusia
sehingga senantiasa dalam kehati-hatian, selalu menjaga dengan sungguh-sungguh
agar tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik). Hasil dari
kehati-hatian tersebut, maka yang bersangkutan menikmati rasa aman yang memuaskan baik di dunia
terlebih kelak di akhirat.
الَّذِينَ
آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأمْنُ وَهُمْ
مُهْتَدُونَ (٨٢)
Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezhaliman (syirik),
mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk. (Q.S. Al An’am (6): 82).
3. Ada
yang membagi Tauhid seperti:
1) Tauhid
Rububiyah, dengan penuh yakin bahwa Allah Swt. yang mutlak menciptakan,
memelihara dan mengatur keseluruhan makhluk, bumi, langit dan antara keduanya
beserta semua isinya.
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ
ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (١)
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir
mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (Q.S. Al An’aam (6): 1).
إِنِّي
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا
مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٧٩)
Sesungguhnya aku menghadapkan diriku
kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama
yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
(Q.S. Al An’aam (6): 79).
2) Tauhid
Uluhiyah, dengan penuh yakin bahwa Allah Swt. yang mutlak diibadahi dan
menerima ibadah, tidak ada yang lain.
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
(٢)الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (٣)مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (٤)إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (٥)اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (٦)صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا
الضَّالِّينَ (٧)
2.
Segala puji [2] bagi Allah, Tuhan semesta alam [3].
3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang menguasai [4] di hari pembalasan[5].
5. Hanya Engkaulah
yang kami sembah [6], dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan [7].
6. Tunjukilah [8] kami jalan yang lurus,
7. (Yaitu) jalan
orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (jalan) mereka yang sesat.[9] (Q.S. Al Faatihah (1):
2-7).
[2] Alhamdu (segala
puji). Memuji orang adalah karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya
dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berarti: menyanjung-Nya karena
perbuatannya yang baik. Lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui
keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. Kita menghadapkan segala
puji bagi Allah ialah karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
[3] Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang
memiliki, mendidik dan memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk
Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah).
'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai
jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan,
benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta alam-alam itu.
[4] Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan
mim, ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan
mim), artinya: Raja.
[5]
Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia
menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut
juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang
ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang
disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak
terhadapnya.
[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah:
mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak
sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
[8] Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke
suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi
hidayah saja, tetapi juga taufik.
[9]
Yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua
golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Tauhid, Asma Wa
Sifat, nama dan sifat, meng-Esa-kan dan memohon kepada Allah Swt. dengan
mendasarkan pada nama dan sifat-Nya.
وَلِلَّهِ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ
بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا
يَعْمَلُونَ (١٨٠)
Hanya
milik Allah asmaa-ul husna [585], maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran
dalam (menyebut) nama-nama-Nya [586]. Nanti mereka akan mendapat balasan
terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. Al ‘Araaf (7): 180).
[585] Maksudnya: Nama-nama yang agung
yang sesuai dengan sifat-sifat Allah.
[586] Maksudnya: janganlah dihiraukan
orang-orang yang menyembah Allah dengan nama-nama yang tidak sesuai dengan
sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi
dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaa-ul husna untuk nama-nama
selain Allah.
Adapun nama-nama
Allah Swt. antara lain sebagai berikut:
1
|
Ar-Rahmaan
|
Yang Maha Pemurah
|
Al-Faatihah: 3
|
2
|
Ar-Rahiim
|
Yang Maha Pengasih
|
Al-Faatihah: 3
|
3
|
Al-Malik
|
Maha Raja
|
Al-Mu'minuun: 11
|
4
|
Al-Qudduus
|
Maha Suci
|
Al-Jumu'ah: 1
|
5
|
As-Salaam
|
Maha Sejahtera
|
Al-Hasyr: 23
|
6
|
Al-Mu'min
|
Yang Maha Terpercaya
|
Al-Hasyr: 23
|
7
|
Al-Muhaimin
|
Yang Maha Memelihara
|
Al-Hasyr: 23
|
8
|
Al-'Aziiz
|
Yang Maha Perkasa
|
Aali 'Imran: 62
|
9
|
Al-Jabbaar
|
Yang Kehendaknya Tidak Dapat
Diingkari
|
Al-Hasyr: 23
|
10
|
Al-Mutakabbir
|
Yang Memiliki Kebesaran
|
Al-Hasyr: 23
|
11
|
Al-Khaaliq
|
Yang Maha Pencipta
|
Ar-Ra'd: 16
|
12
|
Al-Baari'
|
Yang Mengadakan dari Tiada
|
Al-Hasyr: 24
|
13
|
Al-Mushawwir
|
Yang Membuat Bentuk
|
Al-Hasyr: 24
|
14
|
Al-Ghaffaar
|
Yang Maha Pengampun
|
Al-Baqarah: 235
|
Semoga.
Komentar
Posting Komentar