Visi, Misi, Tujuan, Geragan Tajdid Muhammadiyah. (disampaikan pada UKM Olahraga UMPAR)


1.    Visi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan watak tajdid (pembaharuan) yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar
ma'ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil'alamin
menuju terciptanya, terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (١٠٤)
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S Ali Imran (3): 104). [217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan munkar: segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

2.  Misi Muhammadiyah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar memiliki misi:
1)   Menegakkan keyakinan tauhid murni sesuai dengan ajaran Allah Swt. yang dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam A.S hingga Nabi Muhammad Saw.
2)   Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan.
3)   Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai kitab Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
4)   Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

3.  Maksud dan Tujuan, AD Muhammadiyah Pasal 6 Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya akan terwujudlah pribadi sebagi berikut:
1)   Memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani berupa tauhid kepada Allah Swt.
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١)اللَّهُ الصَّمَدُ (٢)لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (٣)وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (٤)
1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Q.S Al-Ikhlash (112): 1 – 4).
2)   Meneladani perilaku Nabi dalam mempraktikkan akhlaq mulia, Rasulullah dijamin oleh Allah Swt. memiliki dan mengamalkan akhlak yang mulia.
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (٤)
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S Al-Qalam (68): 4).
Sehingga menjadi uswah hasanah yang diteladani oleh sesama berupa sifat: sidiq, amanah, tabligh, dan fathanah.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (٢١)
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (Q.S Al Ahzab (33): 21).
3)   Senantiasa membersihkan jiwa, hati ke arah terbentuknya pribadi yang mutaqqin dengan beribadah yang tekun dan menjauhkan diri dari jiwa, nafsu yang buruk.
فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (٨)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (٩)
8. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
9. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, (Q.S Asy-Syams (91): 8-9).
Sehingga terpancar kepribadian yang shalih yang menghadirkan kedamaian dan
kemanfaatan bagi diri dan sesamanya.
إِلا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا (١١٤)
… Kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (Q.S Ali Imran (4): 114).
4)   Mempunyai etos kerja Islami, seperti:
Kerja keras, disiplin, tidak menyia-nyiakan waktu, berusaha secara maksimal, optimal untuk mencapai suatu tujuan.
يَا أَيُّهَا الإنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلاقِيهِ (٦)
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.[1565] (Q.S Al Insyiqaq (84): 6).
[1565] Maksudnya: manusia di dunia ini baik disadarinya atau tidak adalah dalam perjalanan kepada Tuhannya. Dan tidak dapat tidak dia akan menemui Tuhannya untuk menerima pembalasan-Nya dari perbuatannya yang buruk maupun yang baik.

4.  Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid.
Adapun rumusan tajdîd yang resmi dari Muhammadiyah itu sebagai berikut:
Dari segi bahasa, tajdid berarti pembaharuan, dan dari segi istilah, tajdîd memiliki dua arti, yakni:
·       Pemurnian;
·       Peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya.
Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shohihah.
Dalam arti “peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna dengannya”, tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
Untuk melaksanakan tajdid dalam kedua pengertian istilah tersebut, diperlukan aktualisasi akal pikiran yang cerdas dan fitri, serta akal budi yang bersih, yang dijiwai oleh ajaran Islam. Tajdid merupakan salah satu watak dari ajaran Islam. Selalu ada kemajuan, memudahkan hidup dan kehidupan dan tetap dalam menjunjung tinggi agama Islam.
وَلَلآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الأولَى (٤)
Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)[1582]. (Q.S Adh Dhuhaa (93): 4). [1582] Maksudnya: akhir perjuangan Nabi Muhammad Saw. itu akan menjumpai kemenangan-kemenangan, sedang permulaannya penuh kesulitan-kesulitan, ada pula sebagian ahli tafsir yang mengartikan akhirat dengan kehidupan akhirat beserta segala kesenangannya dan ula dengan arti kehidupan dunia.

Dapat juga dipahami hakikat jiwa dan raga manusia yang sehat dalam arti  yang luas, maka dia senantiasa dalam semangat bersaing untuk mendapatkan yang terbaik, mengantarkan keselamatannya dunia dan akhirat.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَمَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٤٨)
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S Al Baqarah (2): 148).
Rumusan tajdîd di atas mengisyaratkan, bahwa dalam Muhammadiyah ijtihad dapat dilakukan terhadap peristiwa atau kasus yang tidak terdapat secara eksplisit dalam sumber utama ajaran Islam, al-Qur'an dan Hadits, dan terhadap kasus yang terdapat dalam kedua sumber itu. Ijtihad dalam bentuknya yang kedua dilakukan dengan cara menafsirkan kembali al-Qur'an dan Hadits sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang ini.
Pada prinsipnya muhammadiyah mengakui peranan akal dalam memahami al-Qur'an dan Hadits. Namun, kata-kata "yang dijiwai ajaran Islam" memberi kesan bahwa akal cukup terbatas dalam meyelesaikan masalah-masalah yang timbul sekarang ini, dan akal juga terbatas dalam memahami nash al-Qur'an dan Hadits. Dengan demikian dapat dikatakan, jika pemahaman akal berbeda dengan kehendak zhâhir nash, maka kehendak nash harus didahulukan dari pada pemahaman akal.

Semoga.

Komentar