Berdzikir
kepada Allah, adalah amal
shaleh yang sudah sering, terbiasa kita lakukan dalam kehidupan,
baik setelah selesai shalat fardhu, sebelum dan sesudah makan atau tidur, di
waktu pagi dan petang, maupun di waktu-waktu lainnya, maka sesuatu yang kurang
jika muslim jarang berdzikir kepada Allah Swt.
Berdzikir kepada Allah memiliki keutamaan dan
kemuliaan yang sangat agung, termasuk amal shaleh yang paling tinggi
kedudukannya di sisi Allah. Termasuk sebab utama yang
menyuburkan keimanan kepada Allah dan menyempurnakan kedekatan dengan-Nya,
yang pokok dilakukan dengan benar dan
sesuai dengan petunjuk Allah yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah .
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ
اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (٢٨)
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar Ra’du (13): 28).
Insya Allah, dengan berdzikir kepada Allah segala
kegalauan, kekacauan dalam hati akan
hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan. Bahkan tidak ada sesuatu
yang lebih besar pengaruhnya dalam mendatangkan ketenteraman dan kebahagiaan
hati melebihi berdzikir kepada Allah. Kenyataan ini banyak diucapkan para tokoh
mukmin yang lebih banyak mendekatkan diri secara hakiki kepada Allah Swt.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا
تَكْفُرُونِ (١٥٢)
Karena itu,
ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu [98], dan
bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al Baqarah (2):
152). [98] Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.
Berdzikir kepada Allah:
menyebut nama-Nya, mengagungkan kebesaran-Nya, kemuliaan-Nya, dengan
lisan disertai perenungan tentang makna ucapan dzikir tersebut. Maka ini
termasuk bertasbih (menyucikan-Nya dengan ucapan subhanallah),
bertahmid (memuji-Nya dengan ucapan alhamdulillah), bertakbir
(mengagungkan-Nya dengan ucapan Allahu akbar), bertahlil
(mentauhidkan-Nya dengan ucapan laa ilaaha illallah). Juga termasuk
melakukan shalat, membaca al-Qur’an, mempelajari ilmu agama, berdoa dengan
menyebut nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya yang semuanya memberikan manfaat tinggi
pada hakikat hidup muslim, misalnya:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ
لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا
حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
(BUKHARI - 1086)
… (Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah satu-satunya, tidak ada
sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan
Dia berkuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah dan Maha Suci Allah
dan tidak ada ilah kecuali Allah dan Allah Maha Besar dan tidak ada daya dan
upaya kecuali dengan Dia")
Secara jelas dipahami dengan keterangan di atas bahwa
berdzikir kepada Allah sangat terang materi dan maknanya jika diamalkan dalam bentuk
shalat baik wajib demikian sunnah, demikian juga dalam bentuk membaca al qur’an.
Menegakkan,
menjunjung tinggi ibadah shalat wajib dan shalat sunnah, sehingga ibadah shalat
berfungsi sebagai benteng atau pengaman baginya dari berbagai macam dosa dan
kesalahan. Allah menegaskan harapan tersebut di atas dengan sikap yang sesuai
syariat pada shalat yaitu ditunaikan dengan sebaik-baiknya secara sempurna termasuk thaharah
meliputi: mandi wajib, wudhu dan tayyammum semuanya ditunaikan dengan: khusyu,
dipelihara, dan secara terus-menerus.
الَّذِينَ
هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (٢)
(Yaitu) orang-orang yang khusyuk di dalam
shalatnya, (Q.S. Al Mu’minun
(23): 2).
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى
صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (٩)
Dan orang-orang yang memelihara
shalatnya. (Q.S. Al Mu’minun
(23): 9).
الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ
دَائِمُونَ (٢٣)
Yang
mereka itu tetap mengerjakan shalatnya.
(Q.S. Al Ma’aarij (70): 23).
Muslim
yakin bahwa dengan hal-hal prinsip di atas, insya Allah apa yang dijanjikan-Nya
tentang shalat pada pelakunya mesti terjadi, atau berfungsi dan keberuntungan
yang mesti membahagiakan dunia terlebih kelak secara abadi di akhirat.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ
الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
(٤٥)
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu,
yaitu Al kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah
yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Ankabut (29):
45).
Berdzikir kepada Allah dengan membaca Al Qur’an, yang
sangat tinggi manfaatnya harus dengan kesadaran: 1) Meyakini Al Qur’an, 2) Memiliki
Al Qur’an, 3) Membaca Al Qur’an, 4) Memahami Al Qur’an, 5) Mengamalkan
Al Qur’an dalam kehidupan.
وَإِذَا
قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (٢٠٤)
Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka
dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat. (Q.S. Al A’raf (7): 204).
Semoga.
Komentar
Posting Komentar