12 a. NILAI PENTING DZIKIR KEPADA ALLAH




Berdzikir kepada Allah, adalah amal shaleh yang sudah sering, terbiasa kita lakukan dalam kehidupan, baik setelah selesai shalat fardhu, sebelum dan sesudah makan atau tidur, di waktu pagi dan petang, maupun di waktu-waktu lainnya, maka sesuatu yang kurang jika muslim jarang berdzikir kepada Allah Swt.
Berdzikir kepada Allah  memiliki keutamaan dan kemuliaan yang sangat agung, termasuk amal shaleh yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah.  Termasuk sebab utama yang menyuburkan keimanan kepada Allah  dan menyempurnakan kedekatan dengan-Nya, yang pokok  dilakukan dengan benar dan sesuai dengan petunjuk Allah  yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah .
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ (٢٨)
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Q.S. Ar Ra’du (13): 28).

Insya Allah,  dengan berdzikir kepada Allah  segala kegalauan, kekacauan  dalam hati akan hilang dan berganti dengan kegembiraan dan kesenangan. Bahkan tidak ada sesuatu yang lebih besar pengaruhnya dalam mendatangkan ketenteraman dan kebahagiaan hati melebihi berdzikir kepada Allah. Kenyataan ini banyak diucapkan para tokoh mukmin yang lebih banyak mendekatkan diri secara hakiki kepada Allah Swt. 
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلا تَكْفُرُونِ (١٥٢)
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu [98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (Q.S. Al Baqarah (2): 152). [98] Maksudnya: aku limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu.

Berdzikir kepada Allah:   menyebut nama-Nya,  mengagungkan kebesaran-Nya, kemuliaan-Nya, dengan lisan disertai perenungan tentang makna ucapan dzikir tersebut. Maka ini termasuk bertasbih (menyucikan-Nya dengan ucapan subhanallah), bertahmid (memuji-Nya dengan ucapan alhamdulillah), bertakbir (mengagungkan-Nya dengan ucapan Allahu akbar), bertahlil (mentauhidkan-Nya dengan ucapan laa ilaaha illallah). Juga termasuk melakukan shalat, membaca al-Qur’an, mempelajari ilmu agama, berdoa dengan menyebut nama-nama Allah, sifat-sifat-Nya yang semuanya memberikan manfaat tinggi pada hakikat hidup muslim, misalnya:
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
(BUKHARI - 1086) … (Tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. Segala puji bagi Allah dan Maha Suci Allah dan tidak ada ilah kecuali Allah dan Allah Maha Besar dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan Dia")
Secara jelas dipahami dengan keterangan di atas bahwa berdzikir kepada Allah sangat terang materi dan maknanya jika diamalkan dalam bentuk shalat baik wajib demikian sunnah, demikian juga dalam bentuk membaca al qur’an.
Menegakkan, menjunjung tinggi ibadah shalat wajib dan shalat sunnah, sehingga ibadah shalat berfungsi sebagai benteng atau pengaman baginya dari berbagai macam dosa dan kesalahan. Allah menegaskan harapan tersebut di atas dengan sikap yang sesuai syariat pada shalat yaitu ditunaikan dengan sebaik-baiknya secara sempurna termasuk thaharah meliputi: mandi wajib, wudhu dan tayyammum semuanya ditunaikan dengan:  khusyu, dipelihara, dan secara terus-menerus.
             الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ (٢)
(Yaitu) orang-orang yang khusyuk di dalam shalatnya, (Q.S. Al Mu’minun (23): 2).
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (٩)
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya. (Q.S. Al Mu’minun (23): 9).
الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ (٢٣)
Yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. (Q.S. Al Ma’aarij (70): 23).
Muslim yakin bahwa dengan hal-hal prinsip di atas, insya Allah apa yang dijanjikan-Nya tentang shalat pada pelakunya mesti terjadi, atau berfungsi dan keberuntungan yang mesti membahagiakan dunia terlebih kelak secara abadi di akhirat.
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ (٤٥)
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Ankabut (29): 45).
Berdzikir kepada Allah dengan membaca Al Qur’an, yang sangat tinggi manfaatnya harus dengan kesadaran: 1) Meyakini Al Qur’an, 2) Memiliki Al Qur’an, 3) Membaca   Al Qur’an, 4) Memahami Al Qur’an, 5) Mengamalkan Al Qur’an dalam kehidupan.
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ (٢٠٤)
Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (Q.S. Al A’raf (7): 204).
Semoga.

Komentar