Muslim mencurahkan perhatiannya terhadap
keberlangsungan hidup sebuah bangsa, sama pula perhatiannya terhadap pertumbuhan dan keberlangsungan
hidup sebuah keluarga yang dikendalikan,
dipimpin sepasang suami istri dengan
penuh kedamaian, keadilan dan kasih sayang secara hakiki yang
dijiwai syukur, takwa pada Allah secara berkesinambungan.
Dengan dasar kepemimpinan keluarga
sebagaimana tersebut di atas dapat menjadi jaminan, setidaknya menjadi harapan
tumbuhnya dengan kokoh sebuah negara yang dipenuhi oleh pemimpin yang berjiwa: keadilan,
kesejahteraan, kemakmuran merata diridhai oleh Allah Swt. (Dapat dibaca sejarah
kepemimpinan Ratu Bilqis, istri Nabi Sulaiman A.S. jaya pada abad ke 8 SM dan hancur tahun 550 M berpusat di Ma'rib, suatu daerah di Yaman yang berjarak 170 km dari
Shan'â', Ibu kota Yaman).
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ
عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ
وَرَبٌّ غَفُورٌ (١٥)
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan)
di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah
kiri. (Kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri
yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun". (Q.S. Saba’ (34): 15).
Muslim senantiasa seiring harapan dan usaha nyata
yakni membangun keluarga yang penuh harmonis dan seterusnya bersama-sama melanjutkan
dengan pembangunan bangsa dan negara yang penuh adil, sejahtera, makmur
diridhai oleh Allah Swt. dengan proses sebagai berikut:
1.
Memperdalam pengenalan dalam arti
yang luas terhadap diri sendiri, terhadap lingkungan secara meluas, sehingga
dapat menentukan sikap dan mengambil kesimpulan. Proses tersebut akan
membuahkan hasil yang memuaskan termasuk dalam membangun keluarga yang harmonis,
karena didasari kematangan kepribadian yang dijiwai syukur, takwa pada Allah.
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا
وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ (١٣)
Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Q.S.
Al Hujurat (49): 13).
2. Setiap suami istri, mesti memberikan
perhatian yang tinggi terhadap keluarga; agar semakin tertanam dalam dan subur,
kuat sifat cinta dan saling mencintai, antara suami dengan istri, antara
anak dengan anak lainnya, antara anak dan orang tua demikian sebaliknya secara
terus menerus, sebagaimana sifat kasih sayang Allah yang ada pada Q.S. Al
Fatihah (1): 1.
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ
خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ
مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (٢١)
Dan di antara tanda-tanda
kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Q.S. Ar Rum (30): 21).
3. Dalam kegiatan yang hakiki tersebut sepasang
suami istri dengan ketulusan hati mempraktikkan pedoman dari Allah tentang menempatkan
suami sebagai pemimpin dan istri serta keluarga lainnya mentaati dengan
sempurna kepemimpinan suami, menghidupkan musyawarah keluarga, yang semuanya
diyakini berdasar syariat Allah dan Rasul-Nya.
الرِّجَالُ
قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا
أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا
حَفِظَ اللَّهُ وَاللاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي
الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلا
إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا (٣٤)
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin
bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka
(laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki)
telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh,
ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri [289] ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka) [290]. Wanita-wanita yang kamu
khawatirkan nusyuznya [291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di
tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya [292]. Sesungguhnya
Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. An Nisa (4): 34).
[289] Maksudnya: tidak berlaku
curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya.
[290] Maksudnya: Allah telah
mewajibkan suami untuk mempergauli isterinya dengan baik.
[291].Nusyuz: meninggalkan
kewajiban bersuami isteri. Nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah
tanpa izin suaminya.
[292].Maksudnya: untuk memberi
pelajaran kepada isteri yang dikhawatirkan pembangkangannya haruslah mula-mula
diberi nasihat, bila nasihat tidak bermanfaat barulah dipisahkan dari tempat
tidur mereka, bila tidak bermanfaat juga barulah dibolehkan memukul mereka
dengan pukulan yang tidak meninggalkan bekas. Bila cara pertama telah ada
manfaatnya janganlah dijalankan cara yang lain dan seterusnya.
4. Tentu masih banyak hal-hal pokok yang
prinsip dalam membangun keluarga yang harmonis, tetapi kami yakin dengan tiga hal
pokok di atas dapat memberi arahan dalam membangun keluarga yang harmonis,
walaupun tentu masih banyak kekurangannya.
Semoga.
Komentar
Posting Komentar