Pengertian musibah
dalam Agama Islam, musibah mempunyai pengertian yang tersendiri. Musibah itu
tidak selamanya dapat diartikan sebagai alamat murka Allah. Begitu pula dengan
nikmat, tidak selamanya sebagai pertanda mendapat keridhaan Allah. Tetapi,
bahagia dan musibah kedua-duanya merupakan sunnatullah terhadap makhluk-Nya,
Allah Swt. bermaksud menguji iman seorang mukmin dengan kebaikan dan kejelekan,
agar dengan ujian ini Allah dapat mengetahui sampai di mana kebenaran imannya.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا
وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ
اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)
2. Apakah manusia itu mengira
bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi? 3. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Q.S. Al Ankabut (29): 2-3).
Muslim yakin
dengan sangat mendalam bahwa hidup hakiki yang tidak lagi ada perubahan adalah hidup
di hari akhirat, yang senang abadi dalam kesenangan dan yang sengsara abadi pula
dalam kesengsaraan tersebut, dengan Islam dan keyakinan tersebut muslim menjaganya
agar tidak akan surut hingga tiba ajal yang penuh khusnul khatimah.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ
أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ (١٨٥)
Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (Q.S. Ali Imran (3): 185).
Di bawah ini
ayat Allah yang memberi gambaran muslim yang hidupnya penuh ketaatan yang sampai
pada gelar hingga wafatnya sempurnalah takwa, dan ia dimuliakan Allah Swt.
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (٢٧)ارْجِعِي
إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (٢٨)فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (٢٩)وَادْخُلِي جَنَّتِي
(٣٠)
27. Hai jiwa yang tenang.
28.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
29. Maka
masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku,
30. Masuklah
ke dalam surga-Ku. (Q.S. Al Fajr (89): 27 - 30).
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا
ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
“Sesungguhnya
jika Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Barang siapa yang
ridha
(terhadap ujian tersebut) maka baginya ridha
Allah dan barang siapa yang marah (terhadap ujian tersebut) maka baginya
murka-Nya.” (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah At Tirmidzi berkata bahwa hadits ini
Hasan Ghorib)
Orang mukmin
semakin tinggi kadar imannya ujiannya semakin meningkat:
Dari Mush’ab bin Sa’id (seorang tabi’in) dari ayahnya berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ
بَلاَءً
“Wahai
Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya?”
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ
فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا
اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ
فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ
مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
“Para
Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai
dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka dia akan
mendapat ujian begitu kuat. Apabila agamanya lemah, maka dia akan diuji sesuai
dengan agamanya. Senantiasa seorang hamba akan mendapatkan cobaan hingga dia
berjalan di bumi dalam keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi. At Tirmidzi
mengatakan bahwa hadits ini hasan shohih)
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar